Selasa, 14 Juli 2015

Ghazwul Fikr Kontemporer


Kajian I'tikaf 10 Malam Terakhir Ramadhan
Tema: Ghazwul Fikr Kontemporer


Oleh Akmal Sjafril, M.Pd.I. (penulis buku "Islam Liberal 101")

Kamis, 9 Juli 2015.  Malam ke 23 Ramadhan 1436H.
Masjid Daarul Uluum, Jati Kramat Indah 2, Bekasi
Jawa Barat

Ghazwul Fikri artinya perang pemikiran. Ada 3 poin penting yg hrs dipahami soal perang pemikiran ini.

1. Bahwa, sesuai namanya, ini adalah sebuah perang. Perang berbeda dengan tawuran. Perang sering kali berkaitan dengan dengan perencanaan, persiapan, strategi. Perang punya makna lebih agresif dan terstruktur (dibanding tawuran).

Tapi faktanya kita umat Islam tidak pernah serius mempersiapkan perang ini. Padahal tahun 1968 ada kongres beragama di Indonesia, dimana dari sana muncul klausul bahwa kita tidak boleh menyebarkan agama kepada orang yang sudah beragama. Semua perwakilan agama sepakat, kecuali wakil dari Katolik dan Protestant. Mereka menolak karena menurut mereka, kitab suci mereka memerintahkan untuk mengkristenkan setiap orang.  Dan kongres ini dianggap gagal karena tidak berhasil mencapai kata sepakat. Tapi menurut Buya Hamka, perwakilan dari agama Islam, justru kongres ini sukses luar biasa karena kita jadi tahu apa yang ada dalam kepala semua orag, dalam hal ini orang kristen bermaksud mengkristenkan sebanyak mungkin orang.

Dan umat Islam tidak pernah mempersiapkan diri menghadapi ini, terbukti dgn meningkatnya kristenisasi.

2.  Selanjutnya sesuai namanya juga ini adalah perang pemikiran, yg berbeda dengan perang fisik. Yang berperang adalah pemikiran, ide, gagasan, opini. Maka melawan perang ini dengan pemikiran, yang cerdas dan handal, tidak dengan emosi.

Jika dalam perang qital/fisik, maka pilihannya hanya dua, hidup mulia dengan kemenangan atau mati sebagai syuhada. Dan keduanya baik. Akan tetapi dari konteks ghazwul fikr tidak ada yang namanya pilihan dua kebaikan. Harus menang, karena kalau kalah berarti kita akan terus dibodohi selamanya, mengikuti pemikiran musuh selamanya. Sehingga harus dipahami ketidakbolehan untuk kalah dalam ghazwul fikr.

3. Ghazwul fikr ini bukan barang baru, sudah ada dari sejak dulu. Semua kemaksiatan yang disebabkan oleh perang pemikiran ini sudah terjadi dari dahulu kala.

Awal mula Ghazwul Fikr tersurat dlm surat Al Hijr ayat 39. Iblis berkata, "Ya Rabb-ku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya"

Berbagai "kerancuan pemikiran" ala Iblis bisa kita lihat dari ayat diatas:
1. Iblis menggunakan kata "rabb", kata panggilan yg bersifat mesra, akrab, dekat. Padahal iblis baru saja melakukan pembangkangan thd perintah Allah, tp malah menggunakan kata spt itu.
2. Alih-alih tobat, iblis malah menjadi-jadi, sekarang iblis ingin membuat cara berpandang sesuatu itu baik (padahal itu buruk) kepada manusia.

Itulah ghazwul fikr. Dan dalam surat An-Nas juga disebutkan cara iblis mengubah persepsi yg baik menjadi buruk kpd manusia, yaitu di takut-takutkan dengan was was. Manusia jadi sering menunda, atau batal berbuat baik krn dimunculkan rasa waswas: takut riya, takut dianggap sok baik, dll yg akhirnya batal berbuat kebaikan.

Semua syaithan dan iblis melancarkan serangan dengan ghazwul fikr. Dan cara memenangkan perang pemikiran adalah dengan cara meninggikan intelektualitas kita.

Dalam judul diatas, Ghazwul Fikr Kontemporer. Yang dimaksud dengan kontemporer adalah alat, senjata, atau toolsnya. Contoh alat kekontemporerannya.

1. Media Massa
"If you repeat a lie often enough, people will believe it".  Kebohongan yang berulang ditampilkan di media massa akan membuatnya seolah2 menjadi kebenaran.

Ini merefleksikan dengan kisah WTC. Yang mengabarkan bahwasanya insiden tersebut terjadi atas kehendak teroris. Tetapi jika ditilik lebih dalam, maka tidak mungkin gedung kembar akan runtuh dengan rapih, rontok ke bawah dengan cara ditabrak pesawat dilantai 20-an. Tapi karena media massa berulang kali secara konsisten menayangkannya, yang kemudian berita ini tersebar ke seluruh dunia, dan dunia jadi percaya bawa gedung bisa runtuh krn ditabrak pesawat.

Jika media sudah mencekoki dengan hal yang tidak benar, bagi orang awwam yang tidak kritis, maka mereka akan mudah dengan percaya.

2. Pendidikan
Tidak semua orang yang mengikuti pendidikan itu terdidik. Karena ilmu itu adalah hal lain. Lembaga pendidikan itu dapat membentuk pola pikir mahasiswanya. Tema besar Tuhan Membusuk yang dilakukan oleh mahasiswa Sunan Ampel Surabaya dalam momen orientasi mahasiswanya. Hal ini adalah bentuk konkrit dari pembentukkan pola pikir yang dilakukan oleh sebuah lembaga pendidikan.
Insiden teriakan "Anjinghu Akbar" di UIN thn 2004 jg bukti bahwa lembaga pendidikan dijadikan tools dlm menyebarkan pemikiran2 sesat.

3. Sosial Budaya
Sebuah artikel menceritakan, bahwa di Jakarta pernah terjadi tari telanjang. Dan artikel ini baru keluar setelah tari itu selesai. Teater, film, tv jg jadi alat menyebarkan pemikiran sesat.

Ghazwul fikri menyebabkan hilangnya sensitivitas ktk terjadi maksiat/kemungkaran. Ketika melihat kemungkaran, kita malah berpikir: "ah biar aja itu kan orang lain", "ah biar aja itu kan jauh di luar negeri, di sini gak mungkin begitu", dll.

Padahal konsep Islam adalah amar makruf nahi munkar. Dan mencegah kemungkaran dengan tiga hirarki, mencegah dengan tangan, mulut, dan hati. Nah mencegah dengan hati menurut Yusuf Al Qardhawi ini bukan hanya sekedar berdoa dalam hati, tapi dari sini kata beliau dapat muncul revolusi. Artinya berdiamnya dan tidak dapatnya bergerak kita, dapat membuat kita berpikir untuk melakukan rencana gerakan untuk revolusi.

Kematian sensitivitas adalah bentuk nyata dari ghazwul fikr. Pemutar balikkan fakta akan kebenaran dengan kedzoliman.

Luthfi Assyaukanie dalam artikelnya menjelaskan Islam, Turisme, dan Toleransi. Ternate, Tidore, Lombok adalah beberapa pulau yang indah. Tetapi kenapa selalu Bali yang menjadi poros turis? Karena selain di Bali masyarakatnya muslim dan menolak kemungkaran, tetapi tidak di Bali. Kemaksiatan bukanlah sesuatu yang harus dilarang di sana, lanjut beliau. Maka beliau malah menyarankan pulau-pulau lain, agar ramai pariwisatanya hrs dibolehkan minuman keras dll.  Malah bahwa mewadahi tempat lokalisasi adalah salah satu cara untuk membendung maksiat tersebut. Beliau pun mengatakan bahwa kita harus mengambil inspirasi dari nabi Adam yang melakukan dosa kemudian bertaubat. Artinya kata beliau maksiat pun tidak apa.

Ini yang dinamakan matinya sensitivitas akibat ghazwul fikr!

Beberapa contoh isu terkini:
1. Pluralisme agama
2. Kesetaraan gender
3. Terorisme
4. Pornografi/pornoaksi
5. Nikah beda agama
6. Kebebasan berpendapat
7. Sekularisasi, dll

Kesimpulan:
1. Ghazwul fikr adalah fenomena umum yang telah terjadi sejak lama
2. Banyak pihak yang berkepentingan melakukan ghazwul fikri terhadap umat Muslim
3. Ghazwul fikr hanya bisa dimenangkan dengan ilmu

Diringkas oleh:



Elmo Juanara
www.ElmoJuanara.com
@uakiub

Diedit sana sini oleh @sidikfadillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar